BAB XX : Sifat Cairan
a. Tekanan uap
Seperti dalam kasus gas, energi kinetik molekul cairan tidak seragam tetapi bervariasi. Terdapat keteraturan dalam keragaman ini, dan distribusi energi kinetik ditentukan oleh hukum distribusi Boltzmann.
Gambar 7.2 Gambaran skematik kesetimbangan uap-cairan. Keadaan dimana jumlah molekul menguap dari permukaan cairan, dan jumlah molekul uap yang kembali ke cairan sama.
Tekanan uap cairan meningkat dengan meningkatnya suhu. Pola peningkatannya khas untuk cairan tertentu. Dengan meningkatnya suhu, rasio molekul yang memiliki energi yang cukup untuk mengatasi interaksi antarmolekul akan meningkat (Gambar 7.3).
Gambar 7.3 Temperatur dan energi kinetik molekul (T1 > T2). Energi kinetik molekul bergantung temperatur. Sebenarnya kecepatan molekul pada temperatur tertentu tidak seragam, keragamannya mengikuti hukum distribusi Boltzmann. Daerah yang diarsir dalam gambar berkaitan dengan molekul yang memiliki energi kinetik cukup untuk lepas dari permukaan cairan (T1(a) <>
Tekanan uap meningkat dengan kenaikan suhu. Gambar 7.4 menunjukkan hubungan antara suhu dan tekanan uap berbagai cairan.
b. Titik didih
Tekanan uap cairan meningkat dengan kenaikan suhu dan gelembung akan akan terbentuk dalam cairannya. Tekanan gas dalam gelembung sama dengan jumlah tekanan atmosfer dan tekanan hidrostatik akibat tinggi cairan di atas gelembung. Wujud saat gelembung terbentuk dengan giat disebut dengan mendidih, dan temperatur saat mendidih ini disebut dengan titik didih. Titik didih pada tekanan atmosfer 1 atm disebut dengan titik didih normal (Gambar 7.4). Titik didih akan berubah bergantung pada tekanan atmosfer. Bila tekanan atmosfer lebih tinggi dari 1 atm, titik didih akan lebih tinggi dari titik didih normal. Sementara bila tekanan atmosfer lebih rendah dari 1 atm, titik didihnya akan lebih rendah dari titik didih normal.
Titik didih dan perubahannya dengan tekanan bersifat khas untuk tiap senyawa. Jadi titik didih adalah salah satu sarana untuk mengidentifikasi zat. Identifikasi zat kini dilakukan sebagian besar dengan bantuan metoda spektroskopi, tetapi data titik didh diperlukan untuk melaporkan cairan baru.
Titik didih ditentukan oleh massa molekul dan kepolaran molekul. Di antara molekul dengan jenis gugus fungsional polar yang sama, semakin besar massa molekulnya, semakin tinggi titik didihnya. Contoh yang baik dari hal ini adalah hidrokarbon homolog (Tabel 7.1). Di pihak lain, bahkan untuk massa molekul rendah, molekul dengan kepolaran besar akan mengalami gaya intermolekul yang kuat yang mengakibatkan titik didihnya lebih tinggi. Contoh yang baik adalah perbedaan besar antara titik didih antara berbagai gugus senyawa organik yang memiliki massa molekul sama tetapi gugus fungsi yang berbeda (Tabel 7.1). Titik didih air yang tinggi adalah contoh lain yang baik (Bab 3.4, bab 7.3).
Tabel 7.1 Titik didih beberapa senyawa organik.
senyawa | Td (°C) | senyawa | Td (°C) | ||
---|---|---|---|---|---|
pentana C5H12 | 36,11 | butanol C4H9OH | 108 | ||
heksana C6H14 | 68,74 | dietil eter C2H5OC2H5 | 34,5 | ||
oktana C8H718 | 125,7 | metil propil eterpropileter (CH3OC3H7) | 39 |
Energi yang diperlukan untuk mengubah cairan menjadi gas pada STP12 (0°C, 1 atm) disebut dengan kalor penguapan. Bila gas mengembun menjadi cairan, sejumlah sama kalor akan dilepaskan. Kalor ini disebut dengan kalor kondensasi.
Tabel 7.2 Titik didih dan kalor penguapan berbagai beberapa cairan.
Zat | Titik didih (°C) | Kalor penguapan (J mol-1) |
H2 | -252.8 | 904 |
CS2 | 46.4 | 26780 |
CHCl3 | 61 | 29500 |
CCl4 | 77 | 36600 |
C2H5OH | 78 | 38570 |
C6H6 | 80 | 30760 |
H2O | 100 | 46670 |
CH3COOH | 118 | 24390 |
Terdapat beberapa zat yang cenderung terdekomposisi secara perlahan dengan pemanasan. Beberapa zat seperti ini sukar diuapkan, walaupun zat-zat ini berwujud cair pada temperatur kamar, sebab akan terdekomposisi sebelum mencapai titik didih. Jadi, tidak semua zat memiliki titik didih normal.
Proses penguapan cairan dan mengkondensasikan uapnya di wadah lain dengan pendinginan disebut dengan distilasi. Metoda ini paling sering digunakan untuk memurnikan cairan. Asal mula teknik distilasi dapat dirunut dari zaman alkemi. Campuran cairan dapat dipisahkan menjadi cairan komponennya menggunakan perbedaan titik didihnya. Teknik ini disebut sebagai distilasi fraksional (Bab 12.3).
Selingan-Vakum |
Biasanya tidak mudah membuat dan mempertahankan vakum. Alat paling sederhana menghasilkan vakum adalah aspirator air, yang dapat ditemukan di laboratorium manapun sekolah tingkat pertama, menengah. Vakum terbaik didapatkan dengan aspirator adalah tekanan uap air pada suhu tersebut. Alat yang lebih rumit adalah pompa rotary minyak yang dapat menghasilkan vakum 5 x10-1 Torr. Dengan bantuan pompa difusi minyak yang kuat atau pompa difusi merkuri, vakum sampai 10-3 Torr atau lebih baik dapat dihasilkan. Tidak mudah mempertahankan vakum. Tanpa pemeliharaan jalur vakum dengan telititi dan baik, Anda tidak dapat mendapatkan vakum yang seharusnya dapat dicapai alat tersebut. Ketika mendestilasi zat yang cenderung terdekomposisi bila mencapai titik didih, distilasi mungkin dapat dilakukan dalam sistem yang tertutup dalam vakum. Titik didih akan menjadi lebih rendah bergantung pada derajat vakum yang dicapai. Teknik ini disebut distilasi vakum. |
c. Titik beku
Bila temperatur cairan diturunkan, energi kinetik molekul juga akan menurun, dan tekanan uapnya pun juga akan menurun. Ketika temperatur menurun sampau titik tertentu, gaya antarmolekulnya menjadi dominan, dan gerak translasi randomnya akan menjadi lebih perlahan. Sebagai akibatnya, viskositas cairan menjadi semakin bertambah besar. Pada tahap ini, kadang molekul akan mengadopsi susunan geometri reguler yang disebut dengan keadaan padatan kristalin. Umumnya titik beku sama dengan titik leleh, yakni suhu saat bahan berubah dari keadaan padat ke keadaan cair.